Karena beberapa teoritikus dari Metropole/Utara berpendapat bahwa pemuda bebas memilih dalam menentukan masa depannya. Sebagaimana Brannen dan Nielsen dalam Nilan (2011) menggunakan scope individu (choice biography) sebagai titik analisis yang menekankan kemampuan pemuda sebagai agensi rasional yang bebas memilih dan transisi pemuda yang cenderung berlaku universal. Dimana cara tersebut tidak sesuai terhadap relasi geopolitik yang berbeda antara belahan Utara dengan Selatan (Connell 2007) serta faktor keluarga dan budaya lokal (Nilan 2011) dikarenakan transisi pemuda antara belahan Utara dan Selatan tidak sama. Dalam konstruksi pengetahuan mengenai kondisi keselatanan/southerness adalah kondisi ekonomi yang belum sejahtera (Slayter 2003). Sedangkan menurut Nilan (2011) perbedaan transisi pemuda antara Utara dengan Selatan adalah ikatan pada keluarga dan nilai budaya lokal tempat tinggal. Sesuai 4 narasi pemuda Selatan/Periphery dalam artikel tersebut diperoleh bahwa pemuda Selatan tidak bebas memilih dan harus bernegosiasi dengan hambatan struktural dan sosiokultural di lingkungannya. Serta perbedaan transisi pemuda contohnya pada pemuda Selatan yang masih terikat dengan keluarga dan nilai budaya lokal yang menyebabkan mereka mempunyai kewajiban untuk membantu ekonomi keluarga sedangkan pemuda di Utara lebih bebas menentukan pilihan dan masa depannya serta semenjak remaja mereka sudah mandiri dan terlepas dari keluarga intinya. (Diambil dari artikel karya Sutopo dan Azca 2013).